Saturday, September 15, 2018

Metode Pengukuran Produktivitas dan Efisiensi Usaha Tani : Ekonomi Pertanian


Pembangunan dalam sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan pokok yang terkait dengan pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan produksinya. Pertumbuhan permintaan panga yang cepat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, industri pangan, dayabeli masyarakat, serta perubahan selera menyebabkan kebutuhan pangan nasional meningkat dengan cepat. Di sisi lain, kapasitas produksi pangan nasional terkendala oleh kompetisi dalam penggunaan lahan, perubahan iklim yang ekstrim, fenomena degradasi sumberdaya pertanian, dan terbatasnya dukungan infrastruktur pertanian. Kondisi tersebut menghambat upaya peningkatan produksi pangan nasional. Kendala-kendala tesebut sangat berpengaruh terhadap upaya peningkatan efisiensi usahatani. Dalam situasi demikian pemahaman terhadap konsepsi efisiensi dan review hasil studi empiris efisiensi usahatani sangat penting untuk mencari sumber pertumbuhan produktivitas pertanian.

Peranan penting dalam upaya meningkatkan produktivitas usahatani adalah dengan dilaksanakannya pengelolaan yang tepat. Pengelolaan di sini mencakup bagaimana kemampuan petani mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik-baiknya dan juga mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.  Pengukuran efisiensi dan produktivitas serta aktivitas ekonomi sangatlah penting sebagai tolak ukur antara selisih input yang digunakan dengan output yang dihasilkan.  Proses mengalokasikan input (faktor produksi) untuk memaksimumkan produksi, dapat diupayakan melalui langkah-langkah apakah yang akan diambil guna memperoleh efisiensi ekonomi yang optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.




Produktivitas
      Coelli et al. (1998) mengemukakan bahwa terdapat tiga sumber pertumbuhan produktivitas yaitu :
(1) perubahan teknologi (technological change);
(2) peningkatan efisiensi teknis, dan
(3) skala usaha.

    Teknologi baru akan menggeser kurva produksi ke atas dan berdampak meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Efisiensi teknis dan alokatif akan meningkatkan produktivitas melalui kombinasi penggunaan input dan minimisasi rasio biaya input. Masalah inefisiensi dalam usahatani pangan (termasuk hortikultura) masih dihadapi dibanyak negara berkembang, seperti halnya Indonesia.

Dari penjabaran diatas dapat diartikan bahwa produktivitas adalah rasio antara input dan output dari suatu proses produksi dalam periode tertentu. (Mangkuprawira, 2007). Produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh input dan output dari pertanian. Input dari pertanian meliputi tenaga kerja, lahan pertanian, teknologi, dan modal, sedangkan output dari pertanian meliputi hasil pertanian yang dikelola misalnya padi, selain itu produktivitas di bidang pertanian juga tidak lepas dari faktor-faktor sosial ekonomi yang ada disekitarnya (Ramalia, 2011). Faktor ekonomi dalam hal ini meliputi pemanfaatan teknologi (Melgiana, 2013). Teknologi diukur melalui penggunaan bibit, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida serta peralatan pertanian yang digunakan. Pemanfaatan teknologi ini harus diseimbangkan dengan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia karena SDM merupakan komponen penting dalam peningkatan produksi, karena keberhasilan kinerja individu petani sangat berpengaruh terhadap hasil kerja pertanian (Yuni, 2013). Faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas di bidang pertanian meliputi tingkat pendidikan dan pengalaman bertani. Rendahnya tingkat pendidikan disinyalir merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas petani (Lilis, 2009). Selain itu pengalaman bertani akan membantu para petani mengambil keputusan dalam melakukan usaha. Semakin lama pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani maka cenderung memiliki keterampilan tertinggi.

            Produktivitas dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental yang mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas. Jadi secara umum produktivitas diartikan sebagai dari efisiensi dari penggunaan sumber daya untuk menghasilkan. Sedangkan ukuran produktivitas pada umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan keluaran terhadap satu atau lebih masukan yang menghasilkan keluaran tersebut (Ravianto, 1996 : 42). Di kaitkan dengan produktivitas pertanian khususnya produktivitas usahatani maka upaya peningkatan produktivitas tidak hanya diukur melalui dengan pengelolaan lahan pertanian akan tetapi memperhitungkan aspek lain yang mempengaruhi produktivitas itu sendiri seperti manajemen usaha para petani, dukungan kelembagaan serta aspek petani itu sendiri yang menyangkut faktor-faktor psikologis dari petani (Suhartoyo, 1987 : 35).

            secara konseptual,  pengukuran produktivitassuatu usaha ekonomi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu produktivitas parsial atau partialfactor productivity dan produktivitas faktor total atau  multifactor productivity. Produktivitas parsial adalah produksi rata-rata dari suatu faktor produksi yang diukur sebagai hasil bagi total produksi dan total penggunaan suatu faktor produksi. Jika faktor produksi yang digunakan lebih dari satu jenis, maka konsep produktivitas yang lebih banyak digunakan adalah produktivitas faktor total (Maulana, 2004). Produktivitas faktor total atau multi factor productivity didefinisikan sebagai rasio indeks hasil produksi dengan indeks total faktor produksi(input).  Chamber dalam Simatupang (1996) menyatakan bahwa produktivitast total faktor produksi adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai satu kesatuan faktor produksi agregat dalam menghasilkan output secara keseluruhan (output agregat). Rumus umum yang biasa digunakan dalam mengukur produktivitas adalah sebagai berikut :

Adapun input yang digunakan untuk menghitung produktivitas bisa salah satu sumber daya saja yang biasa disebut single factor productivity, bisa juga semua sumber daya, yang biasa disebut multifactor productivity,misal:


Efisiensi Usaha Tani


Efisisensi usahatani dibedakan atas efisiensi fisik dan efisisensi ekonomis. Efisiensi fisik adalah banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari kesatuan input dan jika dinilai dengan uang maka akan berubah menjadi efisiensi ekonomi, dengan kata lain efisiensi ekonomi tergantung dari harga faktor produksi dan efisiensi fisik. Berdasarkan pengertian tersebut maka efisiensi usahatani adalah imbangan atau rasio antara total nilai produksi dengan total biaya produksi (Mubyarto, 1989


Puspitadewi, 2008).Menguntungkan atau tidak usahatani yang dijalankan dapat dilihat dari besarnya perbandingannilai produksi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Usahatani dikatakan efisien jika ratio antara penerimaan (nilai produksi) dan pengeluaran mempunyai hasil > 1 (Soekartawi, 1991)

Konsep Efisiensi Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani ataup rodusen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya.Dikatakanefisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, 2006). Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat dituliskan:

NPMXi = Pxi atau NPMXi = 1Pxi

Dalam banyak kenyataan NPMXi tidak selalu sama dengan Pxi. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut :a. (NPMXi/PXi) > 1 artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah.b. (NPMXi/PXi) < 1 artinya penggunaan input X belum efisien,untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi (Soekartawi, 2003).Soekartawi (2001) mengemukakan bahwa Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :
1) efisiensiteknis.
2) efisiensi alokatif (efisiensiharga).
3) efisiensi ekonomi.




Referensi

Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : LPES.
Setiawan Budi, Dian Sucihatiningsih Wisika Prajanti, 2011, “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Jagung Di Kabupaten Grobogan Tahun 2008”, Semarang.
Aditya, Witono, “ Beberapa Alternatif untuk Mengukur Efisiensi atau In-Efensiesi dalam Usaha Tani”.
Maximilian M. J. Kapa, 2006, Produktivitas Usaha tani dalam Sistem Pertanian Terpadu:  Studi Kasus di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT (Integrated Farming Systems Productivity: A Case Study In Amarasi, Kupang District, NTT)

No comments:

Post a Comment