Pembangunan
dalam sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan pokok yang terkait dengan
pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan produksinya.
Pertumbuhan permintaan panga yang cepat sejalan dengan pertumbuhan penduduk,
industri pangan, dayabeli masyarakat, serta perubahan selera menyebabkan
kebutuhan pangan nasional meningkat dengan cepat. Di sisi lain, kapasitas
produksi pangan nasional terkendala oleh kompetisi dalam penggunaan lahan,
perubahan iklim yang ekstrim, fenomena degradasi sumberdaya pertanian, dan
terbatasnya dukungan infrastruktur pertanian. Kondisi tersebut menghambat upaya
peningkatan produksi pangan nasional. Kendala-kendala tesebut sangat
berpengaruh terhadap upaya peningkatan efisiensi usahatani. Dalam situasi
demikian pemahaman terhadap konsepsi efisiensi dan review hasil studi empiris
efisiensi usahatani sangat penting untuk mencari sumber pertumbuhan
produktivitas pertanian.
Peranan
penting dalam upaya meningkatkan produktivitas usahatani adalah dengan
dilaksanakannya pengelolaan yang tepat. Pengelolaan di sini mencakup bagaimana
kemampuan petani mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi yang
dikuasai sebaik-baiknya dan juga mampu memberikan produksi pertanian
sebagaimana yang diharapkan. Pengukuran
efisiensi dan produktivitas serta aktivitas ekonomi sangatlah penting sebagai
tolak ukur antara selisih input yang digunakan dengan output yang
dihasilkan. Proses mengalokasikan input
(faktor produksi) untuk memaksimumkan produksi, dapat diupayakan melalui
langkah-langkah apakah yang akan diambil guna memperoleh efisiensi ekonomi yang
optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.
Produktivitas
Coelli et al. (1998) mengemukakan bahwa terdapat tiga sumber
pertumbuhan produktivitas yaitu :
(1) perubahan teknologi (technological change);
(2) peningkatan efisiensi teknis, dan
(3) skala usaha.
Teknologi
baru akan menggeser kurva produksi ke atas dan berdampak meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani. Efisiensi teknis dan alokatif akan
meningkatkan produktivitas melalui kombinasi penggunaan input dan minimisasi
rasio biaya input. Masalah inefisiensi dalam usahatani pangan (termasuk
hortikultura) masih dihadapi dibanyak negara berkembang, seperti halnya
Indonesia.
Dari penjabaran diatas dapat diartikan
bahwa produktivitas
adalah rasio antara input dan output dari suatu proses produksi dalam periode
tertentu. (Mangkuprawira, 2007). Produktivitas pertanian sangat dipengaruhi
oleh input dan output dari pertanian. Input dari pertanian meliputi tenaga
kerja, lahan pertanian, teknologi, dan modal, sedangkan output dari pertanian
meliputi hasil pertanian yang dikelola misalnya padi, selain itu produktivitas
di bidang pertanian juga tidak lepas dari faktor-faktor sosial ekonomi yang ada
disekitarnya (Ramalia, 2011). Faktor ekonomi dalam hal ini meliputi pemanfaatan
teknologi (Melgiana, 2013). Teknologi diukur melalui penggunaan bibit,
penggunaan pupuk, penggunaan pestisida serta peralatan pertanian yang
digunakan. Pemanfaatan teknologi ini harus diseimbangkan dengan sumber daya
manusia (SDM) yang tersedia karena SDM merupakan komponen penting dalam peningkatan
produksi, karena keberhasilan kinerja individu petani sangat berpengaruh
terhadap hasil kerja pertanian (Yuni, 2013). Faktor sosial yang
mempengaruhi produktivitas di bidang pertanian meliputi tingkat pendidikan dan
pengalaman bertani. Rendahnya tingkat pendidikan disinyalir merupakan salah
satu penyebab rendahnya produktivitas petani (Lilis, 2009). Selain itu
pengalaman bertani akan membantu para petani mengambil keputusan dalam
melakukan usaha. Semakin lama pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani maka
cenderung memiliki keterampilan tertinggi.
Produktivitas dapat dilihat dari dua
dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu
melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik
kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental yang mengandung
makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas
dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output).
Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak
hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek
kualitas. Jadi secara umum produktivitas diartikan sebagai dari efisiensi dari
penggunaan sumber daya untuk menghasilkan. Sedangkan ukuran produktivitas pada
umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan keluaran terhadap satu atau lebih
masukan yang menghasilkan keluaran tersebut (Ravianto, 1996 : 42). Di kaitkan
dengan produktivitas pertanian khususnya produktivitas usahatani maka upaya
peningkatan produktivitas tidak hanya diukur melalui dengan pengelolaan lahan
pertanian akan tetapi memperhitungkan aspek lain yang mempengaruhi
produktivitas itu sendiri seperti manajemen usaha para petani, dukungan
kelembagaan serta aspek petani itu sendiri yang menyangkut faktor-faktor psikologis
dari petani (Suhartoyo, 1987 : 35).
secara konseptual, pengukuran produktivitassuatu usaha ekonomi
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu produktivitas parsial atau
partialfactor productivity dan produktivitas faktor total atau multifactor productivity.
Produktivitas parsial
adalah produksi rata-rata dari suatu faktor produksi yang diukur sebagai
hasil bagi total produksi dan total penggunaan suatu faktor produksi. Jika faktor produksi yang digunakan lebih dari satu jenis, maka
konsep produktivitas yang lebih banyak digunakan adalah produktivitas faktor total (Maulana,
2004). Produktivitas faktor total
atau multi factor productivity didefinisikan sebagai rasio indeks hasil produksi dengan indeks total faktor produksi(input). Chamber dalam Simatupang (1996) menyatakan
bahwa produktivitast total
faktor produksi adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai
satu kesatuan faktor produksi agregat dalam menghasilkan output secara
keseluruhan (output agregat). Rumus umum yang biasa digunakan dalam mengukur
produktivitas adalah sebagai berikut :
Adapun input yang digunakan untuk menghitung produktivitas bisa salah satu
sumber daya
saja yang biasa
disebut single factor productivity, bisa juga semua sumber daya, yang biasa
disebut multifactor productivity,misal:
Efisiensi Usaha Tani
Efisisensi usahatani
dibedakan atas efisiensi fisik dan efisisensi ekonomis. Efisiensi fisik adalah
banyaknya hasil
produksi yang dapat diperoleh dari kesatuan input dan jika dinilai dengan uang
maka akan berubah
menjadi efisiensi ekonomi, dengan kata lain efisiensi ekonomi tergantung dari
harga faktor
produksi dan efisiensi fisik. Berdasarkan pengertian tersebut maka efisiensi
usahatani adalah imbangan atau rasio antara total nilai produksi dengan total
biaya produksi (Mubyarto, 1989
Puspitadewi, 2008).Menguntungkan atau tidak usahatani yang
dijalankan dapat dilihat dari besarnya perbandingannilai produksi dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan. Usahatani dikatakan efisien jika ratio antara
penerimaan (nilai produksi) dan pengeluaran mempunyai hasil > 1 (Soekartawi,
1991)
Konsep Efisiensi Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani ataup rodusen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya.Dikatakanefisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan
atau input (Soekartawi, 2006). Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi
diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi
yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat
suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan
harga input atau dapat dituliskan:
NPMXi = Pxi atau NPMXi = 1Pxi
Dalam banyak kenyataan NPMXi tidak selalu sama dengan Pxi. Yang sering
terjadi adalah sebagai berikut :a. (NPMXi/PXi) > 1 artinya penggunaan input
X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah.b. (NPMXi/PXi)
< 1 artinya penggunaan input X belum efisien,untuk mencapai efisien input X
perlu dikurangi (Soekartawi, 2003).Soekartawi (2001) mengemukakan bahwa Prinsip
optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana
menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi,
maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :
1) efisiensiteknis.
2) efisiensi alokatif (efisiensiharga).
3) efisiensi ekonomi.
Referensi
Mubyarto, 1989,
Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : LPES.
Setiawan Budi, Dian Sucihatiningsih Wisika Prajanti,
2011, “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Jagung
Di Kabupaten Grobogan Tahun 2008”, Semarang.
Aditya, Witono, “ Beberapa Alternatif untuk Mengukur
Efisiensi atau In-Efensiesi dalam Usaha Tani”.
No comments:
Post a Comment